Tuesday 12th July 2016
Hi Guys n Girls,
Kebetulan abis berenang td, sedikit olah raga n ngajakin anak (seneng banget diajakin renang) + makan enak, bikin jd fresh lg....nah kebetulan td dari temen2 di toko ada beberapa diskusi seru, yg sayang klo saya lewatkan :
1. Ciem vs universal iem diharga yang sama apa suaranya lebih superior di ciem dibanding uiem? dan pernah ada masalah fiting di earcanalnya? selama pemakaian lebih nyaman ciem ato iem?
Di harga yang sama, ciem biasanya lebih superior secara sq dengan penjelasan sbb :
- Perfectly moulded ciem, selain menyajikan kenyamanan lebih untuk penggunanya (dicetak 100% sama kyk bentuk telinga, pastinya super nyaman) yang tidak banyak diketahui orang umum adalah : begitu kita kirim cetakan kuping ke produsen maka produsen bisa "lihat" arah gendang telinga kita, sehingga tuning driver bisa diarahkan secara simetris ke gendang telinga kita.
- Misalnya rumusnya untuk driver tuning dari ujung nozzle ke driver menggunakan tube sepanjang 4mm, nah 4mm tube ini harus di"arahkan" sesuai lekukan ear canal kita....dan tiap telinga tidak ada yg sama persis.
Ciem pasti lebih mahal daripada universal iem di harga sama karena :
Untuk tuning drivernya satu per satu jauh lebih susah dan time consuming drpd universal iem yg sudah pake common mould yg sama.
Dan sampe per hari ini belum ada teknologi untuk bisa bikin placement driver secara otomatis, dengan kata lain masih butuh campur tangan manusia untuk setiap produksi ciem (manual placement dan tuning), beda dengan universal di mana 1 common mould (mikirnya 1x aja) bisa bikin utk ribuan item.
Oia fakta di atas disampaikan langsung oleh ownernya CIEM brand (Jerry Harvey dan Keita Suyama) pas ngobrol dengan saya.
Masalah fitting di earcanal :
- Yang sering terjadi di kasus refit (90% refit case) adalah earmould pertama yg kita bikin sama persis dengan earmould revisi yang kita kirim pada saat refit. Artinya proses pembuatan earmould sudah dilakukan dengan benar, dan ini membutuhkan masukan dari penggunanya bagian mana yang kurang nyaman dan perlu direvisi lebih lanjut. Di 90% kasus refit, penggunanya memiliki bagian tertentu di dalam telinganya yg super sensitif, sehingga membutuhkan masukan dari penggunanya utk mendapatkan fitting yg sempurna.
- Walaupun sudah dicetak 100% sama kyk bentuk telinga kita, tiap orang punya toleransi yang berbeda-beda terhadap benda asing yg masuk ke dalam telinga (ada yg bisa pake ciem 8jam nonstop dan masi nyaman, ada yg pake 2jam aja udah ngga kerasa nyaman). Ini normal, dan selalu perhatikan sinyal dari tubuh kita untuk bisa break dulu (10-15 menit) sblm lanjut dengerin lagi klo sudah ngga nyaman.
- Ciri utama fitting yang salah adalah : klo dalam 10 menit pertama kita pake ciem kita udah kerasa "sakit"/nyeri, itu udah pasti ngga bener fittingnya. Tapi klo udah pake 2jam-3jam baru ngga nyaman, bisa jadi memang itu toleransi dari tubuh kita untuk mendapatkan break sebelum melanjutkan dengerin lagi.
2. Group buy dari web luar trus dijual lebih murah dari toko di Indonesia bakalan jadi problem buat seller di Indonesia?
Faktanya adalah saat ini dunia perdagangan sudah berubah, dengan adanya online merchant di mana-mana. Bahkan jalur distribusi yang sebelumnya bisa 5 tingkat (produsen, continent distributor, regional distributor, country distributor, dealer, customer) saat ini rata-rata bisa dipangkas jadi 2-3 tingkat aja karena adanya online merchant yang menjadikan jalur distribusi menjadi lebih efisien.
Jadi suka atau tidak suka, dengan perubahan dunia perdagangan seperti ini, toko di Indonesia juga wajib merubah dan menyesuaikan cara berjualannya supaya lebih kompetitif. Customer pastinya diuntungkan dengan adanya pengurangan jalur distribusi = harga lebih kompetitif di tangan customer.
Alibaba yang akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat akan segera merubah wajah perdagangan di Indonesia dengan drastis. Bahkan saat ini Aliexpress dan Massdrop secara ngga langsung sudah memberikan efek signifikan terhadap perubahan harga jual di Indonesia. Dan tinggal tunggu waktu sebelum perusahaan global lainnya (Amazon, Ebay, dll) akan bener-bener serius masuk di pasar Indonesia dan menjadikan persaingan yang ada di Indonesia bukan lagi local competition antar toko Indonesia, tapi global competitors.
Perkembangan ini yang memaksa kita sebagai toko tradisional di Indonesia harus lebih kreatif dan berpikir out of the box untuk menyesuaikan pergerakan pasar. Karena suka atau tidak suka / siap atau tidak, era perdagangan global sudah dimulai....antara kita akan tergerus dan mati, atau menjadi bagian dari pemain global yang kreatif dan out of the box...:)
3. Handmade item dari Jepang? Merknya aneh2, harganya mahal....apa bener segitu bagusnya?
Jepang punya banyak produsen unik yang bisa dikategorikan sebagai artis. Misal dalam kasus Kumitate, di mana tiap unitnya diperlakukan seperti proses pembuatan perhiasan high end yang menuntut keterampilan dan kesempurnaan tingkat tinggi. Ini yang membuat produknya tampil unik dan tidak mungkin menjadi produk masal karena dibutuhkan jam kerja tinggi dalam setiap unitnya.
Wagnus atau Masskobo, setiap unitnya dikerjakan oleh buildernya sendiri dengan tangan tanpa melibatkan mesin ataupun teknologi otomatis.
Klo bagus udah pasti bagus, tinggal kembali lagi ke selera penggunanya....apabila cocok dan merasa memiliki salah satu barang seni dengan pembuatan tangan tingkat tinggi adalah kebanggan buat penggunanya (umumnya produsen artis jepang gt sangat menjunjung tinggi nilai "pride" dari pengguna produknya), maka harga yang tinggi bukan lagi menjadi justifikasi utama untuk sebuah keputusan pembelian....:)
Personally, produk masal pasti punya tingkat presisi lebih baik (kyk AK misalnya) dibanding handmade products. Tapi justru dari ketidaksempurnaan yang dihasilkan dari sebuah product handmade yang kadang memberikan "nyawa" dan nilai lebih utk mengingatkan kerja keras creatornya dalam menciptakan produk ini.
Wah ngga kerasa panjang banget tulisan saya malam ini...Moga-moga seru bacanya...:)
Klo ada yang nanya-nanya bisa comment aja di bawah ini pasti saya jawabin.
Thanks
Alvon